Tertulis / terdengar cerita daerah Sungai Naniang yang subur. Tumbuhan yang Menghijau dan semak belukar diatas tanah yang datar dan pebukitan serta rawa–rawa dan pohon–pohon yang menghijau menampilkan keindahan yang menakjubkan
Karena Sungai Naniang adalah suatu daerah yang subur dan belum ada penghuni dan terolah. Orang menyebut–nyebutnya daerah ini terletak 45 km dari pusat kabupaten dan 15 km dari pusat kecamatan serta berdampingan dengan nagari yang sekarang disebut Koto Tangah .
Menurut warih nan dijawek sako nan ditarimo dan informasi yang didapat dari sang tokoh adat serta pemuka masyarakat Sungai Naniang, bahwa pada zaman dahulu ada niniak yang datang dari Limbanang terus ke Andiang yang kemudian melanjutkan perjalanan ke Banja Loweh serta Tebing Tinggi ( nama sekarang ) tahunnya tidak bisa diketahui. Di Tebing Tinggi mereka tinggal menetap buat sementara Konon kabarnya zaman dahulu Tebing Tinggi tersebut termasuk wilayah nagari adat Sungai Naniang.
Pendek cerita, niniak tersebut melanjutkan perjalanan arah ke barat melewati batang sungai yang disebut sekarang dengan titian duo, terus naiak bukik Ujuang Ladang .Ditempat yang bernama Ujuang Ladang itu mereka ( niniak ) bertempat tinggal yang menurut ceritanya niniak tersebut ada 3 ( tiga ) orang . Pada hari itu mereka pergi mandi dan mengambil air kesuatu tempat yang sekarang namanya Lukar. Disitulah mereka ( niniak ) tersebut dikerumuni/digigit oleh naniang .Itulah sebabnya nagari ini disebut nagari Sungai Naniang.
Lanjut cerita. Kabarnya mereka–mereka tersebut pada suatu hari pergi mencari kayu api kesuatu tempat dan menebang kayu, kayu yang mereka tebang itu bernama batang baru,
Tempat dimana mereka menebang batang baru tersebut tepatnya di daerah jorong kampuang baru sekarang ini. Untuk melengkapi peralatan mereka membuatnya disuatu tempat yang mereka sebut napar, tepatnya di Jorong Apar sekarang ini
Dalam perluasan daerah kawasan pertanian mereka melanjutkan kearah utara, disana mereka menemui lahan/tempat yang banyak ditumbuhi oleh pohon auar, yang pada saat ini disebut Pematang auar. Tepatnya Jorong Pematang Auar sekarang ini.
Kemudian mereka memutar arah menuju arah ke selatan dan menelusuri bukit–bukit. Perjalanan kearah selatan tersebut adalah daerah yang sekarang Batu Balabuah I dan Batu Balabuah II. Dalam rentang waktu pada zaman itu nampak cerminan bahwa mereka sangat damai, aman dan kehidupan mereka yang penuh kegontong royongan dan rasa persatuan. Bukti tauladan yang dapat diambil dalam luas daerah 2000 Ha mereka membuat satu sarana ibadah/masjid yang namanya Masjid Godang, dan satu pasar yang namanya Galanggang dan satu tempat Musyawarah/Balai Nan Bapaneh. Mereka menyepakati tempat itu semuanya adalah dilokasi Jorong Batu Balabuah sekarang.
Kemudian, dengan meningkatnya kehidupan ekonomi mereka dan untuk memenuhi kebutuhan jumlah keluarga sehingga mereka hidup menyebar didaerah Nagari Sungai Naniang sekarang ini (Batu Balabuah, Kampuang Baru, Apar dan
pematang auar) Mereka menyepakati pasar di tempatkan di Kampuang Baru masjid dan Balai di Batu Balabuah.
Demikianlah cerita ringkas asal usul Nagari Sungai Naniang yang sumbernya adalah nara sumber dari sang tokoh Adat dan pemuka masyarakat Sungai Naniang.